• About

Catatan Bang Akrie

~ Simplicity.Humble.Joyfull

Catatan Bang Akrie

Category Archives: Dogado

Antara Hobi Dan Istri

10 Sunday Apr 2016

Posted by Muhammad Bakri in Dogado

≈ 1 Comment

Tags

Hobi, hobi lelaki, KPKLampung

warren-hobbies

Semua lelaki harus punya hobi. Itu sih kata saya dulu di Kelemahan Lelaki dan Pentingnya Hobi dan ternyata banyak juga yang mengamini. Hobi bisa mengubah seseorang dari biasa saja menjadi gila (baca:geek). Begitu juga dengan saya. Dulu saya hanya peminum kopi. Itupun sachet-an saja sudah bahagia. Semenjak mengenal bahwa ada kopi yang enak, kebiasaan sama berubah. Kopi sachet menjadi tidak enak lagi. Belum lagi setelah mengenal kawan-kawan di Komunitas Penikmat Kopi di Lampung (KPKL), saya semakin gila lagi dengan kopi. Ternyata hobi kopi telah mengubah sudut pandang saya terhadap cairan hitam ini. Saya menjadi ingin mempelajari lebih dalam dan lebih intens lagi. Bahkan saya memutuskan untuk berhenti merokok sama sekali karena kopi (ini membuat istri saya senang, hihihi). Lalu, apa pasal urusan hobi dengan istri? Kok bisa jadi judul?

Begini kawan. Kalau kawan masih sendiri (baca: Single atau Jomblo :p), urusan hobi tidak jadi masalah. Kawan cukup fokus dengan hobi kawan sendiri tanpa harus bingung mencari jawaban ketika membeli aksesori untuk hobi. Misalnya yang hobi sepeda beli sadel harga 2 juta, tidak perlu pusing dimarahi pasangan. Toh tidak punya pasangan juga kan? Hehehe. Nah, yang sudah punya pasangan bagaimana? Pacar mungkin bisa marah tetapi tidak punya kendali penuh terhadap masalah keuangan kita. Toh masih pacar kan kawan? Lain pasal kalau sudah punya istri. Beli Aeropress yang harganya 500 ribuan bisa ditanya panjang lebar mulai dari urgensi dengan perbedaannya dengan seduh tradisional. Atau beli Ethiopia Yirgacheffe 100 gram dengan harga 100 ribu bisa ditanya bedanya sama sebungkus kopi Kapal Api. Itulah istri, mereka yang punya akses penuh terhadap keuangan suami. Toh, rezeki suami kan berkat istri juga. Itulah mengapa antara hobi dengan istri selalu menjadi tantangan bagi kami yang sudah menikah. Eh, ini sih lebih banyak curahan hati atau mungkin pembenaran nantinya. Kalau menurut kawan bagaimana?

Urusan hobi seorang suami dengan persepsi dari seorang istri sering kali kontradiktif. Saya sering kali mendengar cerita kawan-kawan yang hobinya bertolak belakang dengan kepribadian sang istri. Urusan hobi memang tidak bisa ditawar-tawar. Ada yang terang-terangan menunjukkan hobinya di depan istri, bahkan bisa berdiskusi untuk menentukan mana yang harus dibeli terlebih dulu. Ada juga yang sembunyi-sembunyi belanja kebutuhan hobi. Kalaupun terlihat oleh istri, biasanya faktur pembelian sudah diamankan terlebih dulu. Ini sih supaya bisa memberikan alasan kalau barang yang baru dibeli tidak mahal harganya. Padahal sudah dipotong 70% dari harga aslinya. Hehehehe. Ada banyak cerita lucu tentang suami yang ketahuan belangnya saat membeli kebutuhan hobi. Ini sih seperti yang saya alami dulu ketika sebuah grinder Porlex terpajang di lemari. Istri saya langsung kaget bukan kepalang setelah tau harganya. Kalau kawan mau tau, silahkan lihat sendiri di philocoffee. Si Bunda bisa saja marah, tetapi tidak jadi karena dia mulai sadar dengan hobi suaminya ini. Hihihihi. Makasih banyak ya Bunda sayang. Setelah itu, si Bunda lebih banyak menahan nafsu belanja hobi saya. Kalau hanya membeli biji kopi lokal tidak masalah, tapi kalau sudah urusan beli alat seduh manual, si Bunda harus tahu berapa harganya. Kalau terlalu mahal, ya saya harus bisa memastikan dapur tetap ‘ngebul’. Jadi, sekarang solusinya, semua honor kepanitian di kantor menjadi hak penuh saya. Gaji yang masuk ke rekening itu semua masuk kendali sang istri. Ini mungkin bisa jadi solusi buat kawan-kawan yang kerjanya berharap gaji bulanan. Hehehehe.

Suami yang berkeinginan belanja hobi tanpa bersitegang dengan pasangannya mungkin harus mempertimbangkan beberapa hal ini. Apa yang akan saya ungkapkan ini hanya berdasarkan pandangan pribadi sih. Kawan boleh terima atau menolak.

Jangan berbohong

Istri mana yang senang dibohongi? Tidak ada. Jadi, lebih baik menyampaikan keinginan belanja dengan baik ke istri. Pakai alasan yang bisa diterima secara rasional. Terkadang kita tidak berpikir rasional kalau sudah berurusan dengan hobi. Biarlah istri menjadi badan pertimbangan, supaya tidak ada penyesalan ke depannya. Menutupi kebenaran juga bisa dikatakan berbohong. Misalnya tidak menunjukkan faktur pembelian. So, don’t lie.

Ajak istri merencanakan daftar belanja

Urusan hobi itu selalu update. Tidak akan pernah ada habisnya. Kalau kita tidak merencanakan dengan baik daftar belanja, bisa saja kita masuk dalam golongan yang konsumtif. Ajaklah istri untuk merencanakan daftar belanja anda. Jelaskan potensi investasi yang bisa didapatkan jika membeli barang hobi terbaru. Perencanaan daftar belanja bersama istri bahkan bisa menjadi cara kita untuk lebih dekat (baca: mesra) dengan istri.

Bicarakan daftar belanja di saat yang tepat

Seringkali pertengkaran terjadi saat kita memilih waktu yang tidak tepat dalam membicarakan daftar belanja. Diskusi seperti ini perlu momen yang tepat. Jangan bicarakan daftar belanja saat pulang kerja. Atau saat keluar jalan-jalan dengan istri. Pilihlah waktu saat duduk berdua di ruang keluarga, mungkin juga di kasur sebelum atau sesudah “aktivitas”. Hihihihi.

Berikan edukasi tentang hobi kita ke istri

Cara ini mungkin bisa dijadikan pilihan yang lebih baik. Ajaklah istri untuk tertarik dengan hobi kita. Bukankah lebih asyik kalau kita punya hobi yang sama dengan istri. Tiga poin di atas akan lebih mudah untuk dilakukan. Berikan edukasi kepada istri. Siapa tau dia akan tertarik dengan hobi kita. Kalaupun tidak tertarik, setidaknya dia tau bagaimana rasanya punya hobi seperti kita. Paling tidak dia akan kompromi dengan hobi kita.

Jadikan hobi menyenangkan untuk menghasilkan pendapatan

Orang yang mendalami hobi dengan serius suatu saat akan mencapai suatu kondisi di mana hobi itu akan menghasilkan penghasilan. Hampir semua orang yang serius sekali dengan hobinya pada akhirnya memiliki pendapatan yang besar dari hobinya sendiri. Setidaknya ini yang akan menyenangkan sang istri. Hehehe

Saya kira hanya itu yang bisa saya bagikan saat ini. Semoga bermanfaat buat kawan-kawan. Itu aja sih.

Advertisements

Share this:

  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on Pinterest (Opens in new window)
  • Click to share on Google+ (Opens in new window)
  • Click to share on Pocket (Opens in new window)
  • Click to share on Tumblr (Opens in new window)
  • Click to email (Opens in new window)
  • Click to print (Opens in new window)

Like this:

Like Loading...

Diracuni Mahasiswa

01 Monday Feb 2016

Posted by Muhammad Bakri in Dogado

≈ 1 Comment

Tags

Headphone, Kere Hore, Samson

Wah, sudah lama rasanya tidak menulis di blog ini. Bang Akrie rasanya menjadi sepi tanpa tulisan. Saya juga menjadi kurang produktif lagi baik di sini dan di dunia nyata. Pekerjaan yang selalu menjadi alasan membuat saya malas untuk menulis di blog. Ternyata, entah saya sadari atau tidak berpengaruh terhadap kinerja saya di kantor. Tanpa menulis blog, saya menjadi tidak mood untuk mengerjakan penelitian. Boleh percaya, boleh juga tidak kawan. Hihihihi

Oke, kali saya mau cerita sedikit tentang judul saya ini. Beberapa hari ini saya kembali keranjingan akan suatu hal yang telah saya tinggal beberapa bulan silam. Ini gara-gara saya bertemu atau mungkin dipertemukan dengan mahasiswa bimbingan yang ternyata punya kegilaan pada hal yang pernah saya singgahi. Kawan penasaran kan? Hihihihi. Saya telah diberi “racun” oleh seorang mahasiswa yang bernama Muhammad Joko Suharyanto a.k.a Koko. Racun apa gerangan? Tidak lain adalah racun audio gear alias headphone dan in-earphone.

Dulu saya pernah membahas tentang sebuah komunitas pecinta audio gear, Kere Hore. Nah, setelah saya mendapatkan eargasm dengan Phrodi M201, serta merta saya meninggalkan komunitas yang penuh racun itu. Sebelum saya mengatakan “I’m sorry my dear wallet” pada diri sendiri, segera saya menghentikan aktivitas pencarian iem atau audio gear. Kere Hore hanya menjadi kenangan yang pernah saya singgahi. Agak lebay yah hihihihi. Entah kenapa saya dipertemukan kembali dengan komunitas ini lagi. Okelah kawan, coba saya ceritakan kronologinya. Nah, tambah lebay lagi hihihi.

Waktu itu, saya melakukan proses bimbingan seperti biasanya. Kami berkumpul di perpustakaan sambil mengerjakan laporan yang harus diselesaikan dalam masa dua minggu. Sosok Koko ini menarik perhatian saya, bukan karena orangnya (emang saya cowok apapun? hehehe) tetapi karena sebuah headphone yang menempel di telinganya. Saya penasaran ingin mencoba dan ternyata bukan hanya headphone yang menarik perhatian, melainkan amplifier yang terkoneksi dengan headphone itu. Akhirnya jadilah proses bimbingan menjadi cerita impresi tentang headphone yang dimiliki oleh Koko. Bukan cuma itu, dia juga membawa iem (in-ear monitor). Saya lupa mereknya. Saya yang bangga dengan Phrodi M201 kala itu langsung minder dengan kualitas suara iem yang dimilikinya. Walaupun tidak sesuai dengan genre musik saya yang sedikit pop dan jazz, iem si Koko ini “cling” sekali. Sekali lagi, saya mencapai eargasm.

Selang beberapa hari bimbingan, si Koko semakin meracuni saya dengan koleksi yang dimilikinya. Bahkan dia punya musik dengan kualitas FLAC yang lumayan banyak. Hmmm… sepertinya ada beberapa koleksi lagu saya yang harus meninggalkan hardisk dengan “Permanently Delete”. Hehehe. Saya semakin teracuni setelah diundang untuk bergabung dengan Warung Audio Kere Hore. Makin terbuka lagi mata saya, ternyata dunia Kere Hore sudah berkembang pesat dengan berbagai pilihan iem dan headphone yang super ciamik. Untunglah saya masih sadar, kalau tidak mungkin tabungan di rekening bisa berkurang untuk belanja Headphone. Hihihihi… Kalau kejadian, bisa-bisa bendahara negara memotong anggaran belanja karena pengadaan yang tidak sesuai dengan APBRT. Mungkin bisa kalau mengajukan pengadaaan yang sesuai dengan pagu anggaran perubahan nantinya. Hahahaha… Kacau nih, saya sudah teracuni kembali.

Nah, berhubung racun sudah menyebar ke seluruh aliran darah, bolehlah kiranya saya menyiapkan anggaran untuk ATH-M50 yang dulunya tidak terbeli. Sudah saatnya untuk bekerja lebih keras lagi demi menawar racun yang sudah menyebar tak terbendung. Hihihihi. Semoga setelah eargasm dengan ATH-M50, racun itu bisa hilang dan saya stop sampai di situ saja. Sekalipun itu tidak menjamin. Hahahaha… Itu aja dulu deh.

Share this:

  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on Pinterest (Opens in new window)
  • Click to share on Google+ (Opens in new window)
  • Click to share on Pocket (Opens in new window)
  • Click to share on Tumblr (Opens in new window)
  • Click to email (Opens in new window)
  • Click to print (Opens in new window)

Like this:

Like Loading...

Manusia Vampir

12 Thursday Mar 2015

Posted by Muhammad Bakri in Dogado

≈ 3 Comments

Tags

Vampire

sumber: http://mentalfloss.com/

sumber: http://mentalfloss.com/

Kawan tentu tau seperti apa itu vampir? Sosok yang digambarkan menyeramkan dan haus akan darah. Vampir punya kecenderungan untuk memangsa korbannya dengan menghisap habis darahnya. Hanya Twilight saja yang menggambarkan vampir itu sosok yang ganteng dan cantik, selainnya hanya sosok jahat yang ditampilkan. Vampir hanyalah tokoh foklor fiksi yang diciptakan oleh John Polidori pada tahun 1819 (kunjungi: Vampire) dan semakin terkenal setelah Bram Stoker menulis novel berjudul Dracula. Tokoh fiksi ini sebenarnya ada di dunia nyata, tetapi vampir yang satu ini tidak menghisap darah. Manusia vampir yang satu ini justru menghisap energi atau semangat kita. Kata-kata yang keluar dari mulut mereka justru lebih sering menguras habis semangat kita. Akhirnya kita kehilangan semangat untuk berkarya. Salah satu manusia vampir yang terkenal adalah Pablo Picasso. Siapapun yang awalnya semangat untuk berkarya seni akan kehilangan semangat setelah bertemu Picasso.

Itu salah satu tokoh dulu yang sampai sekarang kita kenal dengan lukisan abstraknya. Manusia vampir ternyata ada di mana-mana. Manusia seperti layaknya epidemi penyakit yang dapat menular ke siapapun. Saya paling tidak suka bertemu dengan orang seperti ini. Mereka hanya akan menguras habis semangat saya untuk berkarya. Kawan juga harus berusaha menghindari manusia vampir seperti ini. Sayangnya terkadang manusia vampir selalu saja muncul dalam kehidupan kita sehari-hari. Mereka bisa saja menjelma sebagai rekan kerja atau justru pimpinan. Rekan kerja yang menjadi vampir bukanlah rekan kerja yang asik diajak bekerja sama. Kalau sudah seperti itu, manusia vampir yang menjelma menjadi rekan kerja akan menyedot semangat kerja kita sehingga hanya dirinya yang ingin tampil. Intinya pencitraan.

Atasan kerja yang merupakan jelmaan manusia vampir juga setali tiga uang dengan urusan tadi. Justru atasan seperti ini selalu melanggar kredo perusahaan atau organisasi yang dipimpinnya sendiri. Bawahan akan kehilangan semangat untuk bekerja kalau sudah menemukan pimpinan seperti ini. Pilihannya cuma ada dua: keluar dari pekerjaan atau mempersiapkan diri menghadapi manusia vampir seperti itu. Salah satu cara yang paling sering saya pakai adalah kerja dengan status quo di hadapannya. Kenapa harus begitu? Ya, sekalipun kita bekerja dengan benar, tetap saja akan salah di mata manusia vampir ini. Jadi, kerjakan sebisa kawan. Kalaupun benar dan bagus itu hanya nilai tambah dan bukan hal yang bersifat kompetitif.

Manusia vampir seperti ini akan selalu abadi sifatnya. Sulit untuk mengubah vampir menjadi manusia lagi. Mereka akan tetap menjadi manusia menyebalkan yang akan menghisap semangat kita. Jadi, sebisa mungkin hindari manusia seperti itu. Jangan sampai semangat kita yang ingin berkarya habis disedot oleh si manusia vampir. Itu saja sih menurut saya, kalau kawan bagaimana?

Share this:

  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on Pinterest (Opens in new window)
  • Click to share on Google+ (Opens in new window)
  • Click to share on Pocket (Opens in new window)
  • Click to share on Tumblr (Opens in new window)
  • Click to email (Opens in new window)
  • Click to print (Opens in new window)

Like this:

Like Loading...

Cerita Gajah Jadi Ular

05 Thursday Mar 2015

Posted by Muhammad Bakri in Dogado

≈ Leave a comment

Tags

Laporan PKL

Hari ini benar-benar melelahkan. Harus masuk jam 7 pagi untuk menguji ujian laporan PKL sampai jam 1 siang. Setelah itu jam 5 sore dan jam 7 malam harus dilanjutkan dengan mengajar materi Metode Penelitian. Rasanya cerita hari ini saling berkorelasi hingga bisa jadi bahan cerita di kelas. Apa yang jadi bahan cerita? Jadi begini, dua dari tiga ujian hari ini terpaksa saya tunda atau lebih tepatnya gagal karena si mahasiswa tidak mampu mempertanggungjawabkan hasil kerjanya. Saya sebenarnya tidak tega untuk menggagalkan mereka tetapi apa boleh buat, mereka membuat cerita gajah menjadi ular. Apa yang terjadi sehingga gajah berubah menjadi ular?

Jadi begini ceritanya kawan. Laporan yang saya uji dianalogikan dengan seseorang melakukan observasi tentang gajah. Lalu dia menjelaskan hasil observasinya dalam laporan. Di dalam laporan mulailah dia bercerita tentang gajah.

GAJAH

Gajah itu adalah hewan mamalia
Gajah punya badan yang sangat besar
Gajah memiliki ingatan yang sangat kuat
Gajah bereproduksi dengan cara melahirkan
Gajah punya telinga yang lebar
Gajah memiliki gading
Gajah memiliki belalai panjang seperti ular
Ular adalah hewan melata
Ular termasuk hewan berbisa
Ular ada banyak macamnya
Ada ular kobra, ular sanca, ular piton, anaconda
Bisa ular dapat membunuh dalam hitungan detik
Kesimpulan:
Ular adalah hewan berbahaya yang harus dihindari

Itulah dia bagaimana cerita gajah menjadi ular. Kawan bisa bayangkan bagaimana isi laporan yang seperti itu. Antara rumusan masalah dan isinya tidak berkorelasi sama sekali. Penyimpulan pun akhirnya salah arah. Saya mau tertawa sekaligus miris. Okelah, ini memang tanggung jawab saya sebagai pengajar untuk membetulkan kesalahan mereka. Tapi kalau hanya dilakukan sendiri memang melelahkan. Mau mengubah sistem, tentu benturannya sangat besar dengan pihak manajemen kampus. Jadi saya berusaha mempengaruhi beberapa rekan dosen untuk perhatian terhadap masalah seperti itu.

Saya juga tidak serta merta mengatakan bahwa mereka tidak bisa membuat laporan. Kalau saya punya persepsi seperti itu, tentu saya akan menyalahkan semuanya ke mahasiswa. Mungkin juga ada tangan dosen yang tidak peduli dengan kondisi seperti ini dan akhirnya seperti bola salju. Bukan juga bermaksud untuk terlihat “kereng” di depan mahasiswa, tetapi ini sistem yang harus diikuti. Sederhana saja, laporan itu harus melaporkan apa yang kita kerjakan. Lalu ada saran perbaikan untuk kegiatan berikutnya. Itu saja sudah cukup. Menurut kawan bagaimana?

Share this:

  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on Pinterest (Opens in new window)
  • Click to share on Google+ (Opens in new window)
  • Click to share on Pocket (Opens in new window)
  • Click to share on Tumblr (Opens in new window)
  • Click to email (Opens in new window)
  • Click to print (Opens in new window)

Like this:

Like Loading...

When a Home Just a House

23 Monday Feb 2015

Posted by Muhammad Bakri in Dogado

≈ Leave a comment

Tags

Home Sweet Home

Apa rasanya ketika rumah hanya terasa seperti gedung tanpa makna? Sepi yang akut tentunya. Justru kantor menjadi rumah yang “nyaman” untuk menghindar dari sepi. Itulah yang saya rasakan ketika tidak ada siapapun di rumah. Hidup jauh dari anak dan istri ternyata memberikan kesan yang tidak enak. Saya menjadi lupa rasanya menjadi suami bagi istri dan ayah bagi anak. Halah, ini terlalu lebay untuk dibahas di blog ini, tetapi itulah nyatanya. Saya menjadi miskin karya karena di otak saya hanya mereka yang selalu menggelayut.

Kawan yang merasakan hal seperti ini mungkin akan setuju dengan saya. Terkadang kita akan memilih pulang lebih lama dari sebelumnya. Kebanyakan dari kita memutuskan untuk menenggelamkan diri dalam tumpukan pekerjaan supaya lupa dengan rasa rindu. Itulah juga yang saya lakukan. Posting blog ini tidak jauh dari rasa rindu dengan keluarga. Jadinya saya sulit untuk kembali pada proyek 101 Hari. Padahal sudah sampai 66 gambar yang saya bahas.

Ya kiranya itulah yang bisa saya tuliskan dalam episode rindu kali ini. Rindu tak membuatku bisa bertutur dengan logika. Rindu hanya membuat diriku tenggelam dalam samudera kata-kata syahdu. Idih, lebay rasanya. Hihihi

Share this:

  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on Pinterest (Opens in new window)
  • Click to share on Google+ (Opens in new window)
  • Click to share on Pocket (Opens in new window)
  • Click to share on Tumblr (Opens in new window)
  • Click to email (Opens in new window)
  • Click to print (Opens in new window)

Like this:

Like Loading...

Kopi dan Mengantuk

20 Friday Feb 2015

Posted by Muhammad Bakri in Dogado

≈ 4 Comments

Tags

Kopi, Toraja

sumber: http://www.pakblangkon.com

Siapa sangka minum kopi justru bikin ngantuk. Itu yang saya rasakan kemarin. Entah ini anomali kopi atau mungkin karena tubuh saya sedang kelelahan akut. Kita biasanya punya pemahaman bahwa kopi yang mengandung kafein justru akan membuat kita sulit untuk mengantuk. Makanya kalau mau begadang, kopi menjadi pilihan nomor satu. Saya sudah jarang minum kopi di malam hari karena terkadang memang mata ini sulit untuk mengantuk. Otak saya seperti diberi energi untuk berputar terus memikirkan berbagai hal.

Kejadian kemarin membuat saya heran dengan Kopi Toraja yang saya seduh. Saya berencana membuat slide presentasi kuliah tentunya kopi hitam yang saya siapkan bisa menghalangi rasa kantuk. Eh, ternyata saya justru menguap berkali-kali dan akhirnya tertidur didepan laptop. Aneh kan? Itu yang menarik. Saya akhirnya berhipotesis bahwa kopi arabika justru tidak mempengaruhi rasa kantuk kita. Arabika yang memiliki kadar kefein lebih rendah dari robusta memiliki efek berbeda. Kalau dulu saya minum Robusta dari Kopi Aroma, mata ini terasa terang terus. Saya seakan-akan diberi energi tambahan untuk beraktivitas. Kalau Arabika yang lebih banyak rasa asamnya justru membuat mata saya menjadi lebih mengantuk. Kalau Toraja rasanya kompleks, keasaman dan pahitnya membuat saya bingung. Entah apakah saya yang salah dalam menyeduh kopinya atau memang rasa kopi Toraja complicated. Tapi saya suka dengan Toraja diseduh dengan french press. Maunya sih mencoba espresso Kopi Toraja, tapi sayang tidak punya alatnya hehehe.

Saya jadi bertanya-tanya, apakah ada kopi yang membuat kita justru mengantuk? Kalau kawan apakah sudah merasakan hal yang sama seperti saya?

Share this:

  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on Pinterest (Opens in new window)
  • Click to share on Google+ (Opens in new window)
  • Click to share on Pocket (Opens in new window)
  • Click to share on Tumblr (Opens in new window)
  • Click to email (Opens in new window)
  • Click to print (Opens in new window)

Like this:

Like Loading...

Rindu Daripada Kopi

16 Monday Feb 2015

Posted by Muhammad Bakri in Dogado

≈ 1 Comment

Tags

Kopi

Senang sekali rasanya bisa kembali beraktivitas sebagai dosen di Kampus Teknokrat. Bukan senang karena bisa sibuk lagi, tetapi gembira bisa bertemu dengan rekan-rekan dan tentunya dengan mahasiswa. Ada banyak sekali perubahan di tempat kerja saya ini. Tapi, bukan itu yang ingin saya bahas sekarang. Saya ingin membahas tentang urusan per-kopi-an di Bandar Lampung. Kawan mungkin tau kalau kopi Lampung juga termasuk salah satu kopi yang digemari banyak orang. Mungkin karena lidah sebagian dari kita lebih suka kopi pahit (robusta) daripada kopi masam (arabika). Kalau saya sih lebih senang dengan arabika.

Kopi, sumber: sandboxgeneral.com

Di hari pertama aktif sebagai dosen saya masih sulit untuk menyesuaikan kebiasaan saya. Kalau dulu masih berstatus mahasiswa, saya punya waktu istirahat tidur siang. Kalau sekarang sulit sekali untuk melakukan hal itu karena saya bekerja dari pagi hingga petang. Belum lagi kalau dapat kelas malam seperti hari ini. Mata ini sudah mulai mengantuk setelah sholat dzuhur. Nah, cara saya biasanya minum kopi hitam atau lebih sering sih Latte. Saya agak kesulitan menemukan kopi yang pas di lidah di sini. Kalau di Bandung, saya lebih sering minum kopi di Starbucks atau Two Beans Coffee. Terkadang juga di Java Preanger atau Denny’s Coffee. Kalau di Lampung ada El’s Coffee yang punya kemiripan dengan warung kopi tadi. Nah, tadi pagi saya sempatkan untuk membeli secangkir kopi Latte di El’s. Saya kira rasanya tidak jauh berbeda dengan warung kopi di Bandung, ternyata rasanya tidak karuan.

Kopi yang saya beli di El’s Coffee tidak enak di lidah. Ini penilaian subjektif saya sendiri karena lidah saya punya preferensi sendiri hihihi. Kalaupun kawan yang di Bandar Lampung mengatakan kopi El’s enak, ya itu tergantung selera masing-masing. Kenapa saya mengatakan tidak mantap di lidah saya? Sekali lagi ini berdasarkan pengecapan lidah saya dan pengalaman sebelumnya. Kopi El’s menggunakan susu merek Diamond sedangkan kopi yang menjadi langganan saya menggunakan Greenfields. Tentu rasanya jauh berbeda dan saya memang lebih suka dengan susu Greenfields. Jadi, pengalaman pertama mencoba kopi di sana langsung mendapat kesan tidak enak. Mungkin juga karena kopi yang mereka gunakan bukan kopi berkualitas. Saya sempat menanyakan kopi yang mereka gunakan. Katanya itu kopi blended Arabika dan Robusta. Komposisinya saya tidak tanya lagi. Belum lagi cara penyajian mereka juga kurang meyakinkan, masih kalah dengan Two Beans Coffee. Tapi ya sudah lah, ini kan cuma pendapat pribadi. Jadi saya tidak ambil kisah, tapi El’s Coffee sudah kehilangan satu calon pelanggan setia mereka, yaitu saya. Eh, terkesan saya ini terlalu penting buat mereka hehehehe.

Saya benar-benar rindu dengan kopi nikmat seperti di Bandung. Kalau tidak bisa, kayaknya saya harus menyiapkan alat kopi sendiri supaya bisa sesuai selera. Ada sih biji kopi Toraja dari Aroma, tapi sayangnya saya tidak punya grinder. Hmmm, sepertinya grinder tangan Tiamo akan menjadi prioritas belanja saya bulan ini.

Share this:

  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on Pinterest (Opens in new window)
  • Click to share on Google+ (Opens in new window)
  • Click to share on Pocket (Opens in new window)
  • Click to share on Tumblr (Opens in new window)
  • Click to email (Opens in new window)
  • Click to print (Opens in new window)

Like this:

Like Loading...

“Berlangganan” Sariawan

10 Tuesday Feb 2015

Posted by Muhammad Bakri in Dogado

≈ 2 Comments

Tags

Sariawan

Sariawan, sumber: sidomi.com

Sariawan, sumber: sidomi.com

Saya selalu jadi bingung dengan keadaan rongga mulut ini. Setiap bulan paling tidak saya akan menderita sariawan. Beberapa artikel kesehatan sudah saya baca untuk mengatasinya, namun lebih banyak saya menemukan cara pengobatan. Kalau obat sih, saya punya larutan Albothyl yang super duper ampuh nan menyiksa itu. Saking seringnya sariawan, saya seakan menikmati perihnya ketika Albothyl menyentuh permukaan sariawan.

Obat langganan setiap bulan, perihnya Not Public alias ora umum

Istri saya sampai bingung dengan kondisi saya ini karena setiap bulan pasti sariawan. Kalau si Bunda bilang, “Langganan kok sama sariawan ayah ini”. Hehehe. Mau dikata apa lagi, saya juga heran kok berlangganan dengan sariawan. Kalau langganan majalah atau koran kan bisa menambah pengetahuan. Lha ini, langganan sama penyakit. Mungkin ada dari kawan sekalian yang juga punya kasus kesehatan seperti saya.

Awalnya saya berhipotesis bahwa sariawan ini karena saya sering bepergian jauh. Tapi hipotesis itu terpatahkan ketika saya sudah tidak melakukan perjalanan jauh seperti Bandung-Bandar Lampung. Hipotesis yang lain karena panas dalam, makanya saya sampai menyiapkan stok larutan penyegar, khususnya Adem Sari Chingku. Tapi hal ini juga bisa terpatahkan karena bukan masalah panas dalam saja. Hipotesis lainnya mungkin juga karena pasta gigi. Saya menduga saja untuk urusan pasta gigi karena selama ini saya sering menggunakan Antiplaque. Sayangnya pasta gigi saya sudah habis beberapa minggu yang lalu dan belum sempat beli. Akhirnya saya pakai pasta gigi Pepsod*** karena istri lebih cocok (harganya, hihihi) dengan pasta gigi ini. Ini sih mungkin subjektivitas saya aja sih hehehe.

Saya punya dugaan terakhir masalah sariawan. Mungkinkah sariawan saya terjadi karena punya gigi berlubang? Ini perlu penjelasan ilmiah dari dokter gigi untuk mengetahui kemungkinan keterhubungannya.

Lalu, pencegahannya bagaimana ya? Ada yang bilang dengan air lemon hangat setiap pagi. Nah ini mau dicoba, siapa tau bisa berhenti “langganan” dengan sariawan. Kalau minuman penyegar dan sejenisnya ingin saya hindari karena terlalu banyak pemanisnya. Takutnya sariawan hilang, diabetes datang hehehe. Kalau kawan punya solusi lain gak ya?

Share this:

  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on Pinterest (Opens in new window)
  • Click to share on Google+ (Opens in new window)
  • Click to share on Pocket (Opens in new window)
  • Click to share on Tumblr (Opens in new window)
  • Click to email (Opens in new window)
  • Click to print (Opens in new window)

Like this:

Like Loading...

Balada si Buah Berduri

04 Wednesday Feb 2015

Posted by Muhammad Bakri in Dogado

≈ Leave a comment

Tags

durian

Nah, ini dia durian idaman saya, sumber:bittermelon.us

Kawan suka durian? Saya termasuk salah satu penggemar berat buah berduri ini. Kami sekeluarga sebenarnya penggila durian, makanya ayah dan bunda saya menanam puluhan pohon durian di kebun dan belakang rumah. Saya sudah mencicipi hasil tanam ayah dan bunda di Mamuju. Sayang saat ini saya sudah tidak bisa menikmati durian hasil panen di kebun orang tua karena tinggal berjauhan dengan mereka. Tetapi daerah tempat tinggal saya saat ini juga punya banyak kebun durian. Jadi, saya tetap bisa makan durian sekalipun harus merogoh kocek.

Durian hasil tanam sendiri dengan durian yang dibeli tentu rasanya beda. Bukan dalam urusan bayar atau tidak, tetapi kita tidak bisa memastikan isinya bagus atau tidak. Kalau durian milik sendiri, saya bisa memilih isi yang bagus untuk dimakan. Kalau ada yang tidak bagus pasti dibuat lempok (selai durian). Nah, durian yang dibeli di pinggir jalan atau di pasar tidak bisa dipercaya seratus persen. Si penjual pasti mengatakan isinya bagus padahal seringkali tidak sesuai ucapannya. Terkadang juga ada penjual yang berbaik hati menunjukkan isinya sebelum dibeli. Nah, penjual seperti ini sangat sulit ditemukan. Kalaupun ada, pasti harga duriannya mahal atau dagangan mereka cepat habis.

Saya beberapa hari ini tengah melakukan perburuan (lebay) durian di Blambangan Umpu, tempat kerja si Bunda Aira. Di sini sedang musim durian dan begitu juga di Bandar Lampung tentunya karena sebagian durian yang dijual berasal dari sini. Semenjak hari pertama di tempat istri, saya sudah dibawakan empat biji durian. Si Bunda membeli dengan harga 50ribu. Hasilnya tidak mengecewakan lah, sekalipun hanya ada satu biji yang isinya lumayan bagus. Sedangkan yang lainnya terlalu tipis daging buahnya. Selang beberapa hari saya memutuskan untuk membeli sendiri. Hasilnya? Mengecewakan. Ternyata tiga biji durian yang saya beli tidak enak sama sekali. Kecewalah pembeli hiks..hiks..hiks. Ternyata ketidakberuntungan saya masih terulang hingga hari ini. Durian yang saya beli pagi ini justru tidak bisa dimakan sama sekali karena busuk semua. Padahal kulitnya terlihat bagus sekali. Kalau kata orang, “Rugi Mamang”. Penjual di pasar memang tidak ada yang bisa dipercaya karena isinya bohong. Kalaupun jujur, ya jadi seperti ibu saya yang sering dibohongi sesama penjual. Ups, saya tidak mengatakan semua penjual di pasar pembohong ya, tapi kebanyakan dari mereka tukang bohong. Lha, ini kok ngomong penjual di pasar ya? Hehehe. Inilah cerita saya yang masih belum puas makan durian. Apa cerita kawan?

Share this:

  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on Pinterest (Opens in new window)
  • Click to share on Google+ (Opens in new window)
  • Click to share on Pocket (Opens in new window)
  • Click to share on Tumblr (Opens in new window)
  • Click to email (Opens in new window)
  • Click to print (Opens in new window)

Like this:

Like Loading...

Baca Dengan Teliti !!!

21 Wednesday Jan 2015

Posted by Muhammad Bakri in Dogado

≈ 1 Comment

Tags

Rektor ITB

Saya merasa manusia punya kecenderungan untuk menghilangkan beberapa detail informasi yang tidak penting bagi mereka, ketika sebuah informasi merupakan perulangan dari informasi sebelumnya. Kalau dalam ilmu yang saya pelajari, informasi ini disebut dengan noise. Misalnya, ketika kita sering menonton drama serial, kita akan melewatkan tayangan awalnya. Informasi itu terkadang tidak penting bagi kita. Atau ketika membaca pengumuman yang sudah sering kita liat, maka mata kita akan tertuju pada bagian pentingnya saja dengan menganggap bahwa kata atau kalimat sebelumnya bersifat sama dengan informasi yang sudah pernah kita lihat. Sayangnya, tidak semua pengumuman bersifat sama sekalipun formatnya sama.

Karangan bunga di depan Aula Barat ITB, sumber: raie.wordpress.com

Nah, saya mengalami hal di atas. Oke, di Kampus ITB selalu ada tradisi karangan bunga untuk mengucapkan belasungkawa bagi guru besar ITB yang tutup usia. Karangan bunga ini datang dari berbagai instansi atau institusi lain. Ada juga dari ikatan alumni ITB dan pihak individu. Tradisi ini sudah terjalin sejak dulu, dan guru besar yang meninggal akan disemayamkan sejenak di Aula Barat ITB untuk penghormatan terakhir sebelum jenazah dikebumikan. Jadi, saya yang sering lewat di depan Aula Barat ITB akan memperhatikan nama pada karangan bunga karangan bunga. Paling mudah mendapatkan informasi guru besar yang meninggal ya tentu dengan cara mencari tulisan Prof. Nah kemarin, ada banyak sekali karangan bunga yang ditata di depan Aula Barat ITB. Karangan bunga sedikit berbeda karena mulai dipasang pada saat sore menjelang Maghrib. Saya menganggap mungkin ada guru besar ITB yang baru saja meninggal dunia. Di balik lampu temaram dan hujan gerimis saya mencari tulisan nama guru besar yang meninggal. Ada tulisan PROF. DR. IR. KADARSYAH SURYADI, DEA. Alangkah kagetnya saya mengetahui bahwa Rektor ITB terpilih meninggal dunia hari itu. Sempat terpekik istigfar dan Innalillah dari bibir saya.

Saya seakan tidak percaya bahwa Rektor ITB Terpilih tutup usia sebelum dilantik menjadi rektor. Saya pun membaca keseluruhan karangan bunga sekali lagi dan akhirnya tertawa sendiri atas kebodohan saya. Hahaha. Ternyata di karangan bunga tertulis.

SELAMAT ATAS PELANTIKAN REKTOR ITB 2015-2020
PROF. DR. IR. KADARSYAH SURYADI, DEA
IKATAN ALUMNI ITB ‘81

Itu salah satu karangan bunga yang dipajang di depan Aula Barat ITB. Saya geli dengan ketidaktelitian saya membaca. Untung saat itu saya berusaha membaca keseluruhan tulisan sekali lagi. Itulah mengapa kita selalu diajarkan untuk membaca dengan teliti. Terkadang sebuah kejadian yang berulang kali sama tidak akan selamanya tetap sama. Sama halnya dengan karangan bunga di depan Aula Barat ITB. Aduh, betapa cerobohnya saya berasumi dari potongan informasi.

Serah terima jabatan antara rektor lama (Ahmaloka, kiri) dengan rektor baru (Kadarsyah, kanan)  sumber: pikiran-rakyat

Serah terima jabatan antara rektor lama (Ahmaloka, kiri) dengan rektor baru (Kadarsyah, kanan) sumber: pikiran-rakyat.com

Jadi di tulisan ini, secara terbuka juga saya ingin meminta maaf pada Pak Kadarsyah karena sudah menganggap anda meninggal dunia. Sekali lagi mohon maaf pak. Saya juga ingin mengucapkan selamat atas pelantikan Prof. Kadarsyah sebagai Rektor ITB untuk lima tahun ke depan. Semoga ITB tetap menjadi perguruan tinggi yang mencetak generasi pembangun bangsa. Semoga juga ITB semakin baik dari tahun-tahun sebelumnya. Semoga pak rektor diberi kesehatan dan umur panjang dalam mengemban tugas penting ini.

Share this:

  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on Pinterest (Opens in new window)
  • Click to share on Google+ (Opens in new window)
  • Click to share on Pocket (Opens in new window)
  • Click to share on Tumblr (Opens in new window)
  • Click to email (Opens in new window)
  • Click to print (Opens in new window)

Like this:

Like Loading...
← Older posts

My Photos

Belajar tarian tradisional. Gimana om @addedwiputraa, bisa gabung tim tari Teknokrat gak nih? 😁😁😁
Ayah n aira

Recent Posts

  • Kau Memang Tak Tau Syariat Islam
  • [Balada Negeriku] Tahun Politik, Tahun Pembohongan Publik?
  • Mempersiapkan Kematian
  • Wakanda Forever
  • Historical January
April 2018
M T W T F S S
« Mar    
 1
2345678
9101112131415
16171819202122
23242526272829
30  

Categories

  • 101% Indonesia (67)
  • Balada Negeriku (45)
  • Buah pikiran (20)
  • Buku (7)
  • Catatanku (139)
  • Dogado (22)
  • EOS Photo (12)
  • Father for Dummies (12)
  • Film (10)
  • Khutbah Jumat (5)
  • Kritik (39)
  • Kulineria (12)
  • Pelesiran (10)
  • Puisi (25)
  • Renungan (57)
  • Resensi (6)

Top Posts & Pages

  • [Resensi Buku] Al-Asbun : Manfaatulngawur
  • RS Swasta vs RS Negeri, Bagai Langit dan Bumi
  • Berhenti Menjadi Pegawai Negeri Sipil
  • Ketika Suami dan Istri Terpisah Jarak
  • [Balada Negeriku] Dokter Indonesia, antara Pengabdian dengan Pendapatan
  • Kopi, Sang Penyembuh Luka
  • Berburu Buku di Palasari
  • Brand Minded
  • Eargasm dengan Phrodi M201
  • Pagi Hangat dengan Secangkir Asian Dolce Latte

Blog Stats

  • 134,328 hits
Advertisements

Blogs I Follow

  • firmansyah
  • KPKLampung
  • LA MARKOPI
  • kharirotul
  • Febriyan Lukito
  • erykar

firmansyah

jari jari kehidupan

KPKLampung

#kopiinlampung

LA MARKOPI

Karena Kopi Itu Personal

kharirotul

Just another WordPress.com site

Febriyan Lukito

sharing, caring and enriching life

erykar

with me everything become fascinating

Cancel
loading Cancel
Post was not sent - check your email addresses!
Email check failed, please try again
Sorry, your blog cannot share posts by email.
%d bloggers like this: